Lah, seminggu yang lalu, organisasi kumpulan mahasiswa
Penajam Paser Utara (PPU) di Yogyakarta telah melakukan agenda sakral
Musyawarah Besar (Mubes) untuk yang ke-11 kalinya. Alhasil, Gusti Muhammad
Bobby dari bubuhan sekitaran simpang Silkar berhasil terpilih untuk menahkodai
bahtera besar namun minim penumpang yang bernama IKPM-PPU (Ikatan Keluarga
Pelajar Mahasiswa-PPU). Akan tetapi, fakta bahwa Mubes ke-11 yang dihadiri oleh
lebih dari 20-an peserta (termasuk panitia) menjadi data yang cukup valid untuk
menandakan bahwa, “Ada yang salah dengan organisasi ini?” atau kita rubah dan
balik sudut pandang pertanyaanya menjadi, “Ada yang salah dengan anak-anak PPU
(baca: Mahasiswa PPU di Yogyakarta) ini?”.
Mubes tahun lalu
Berdasarkan data peserta yang hadir pada saat Mubes waktu
itu (20-an orang termasuk panitia) dan kemudian kita bandingkan dengan jumlah
mahasiswa PPU yang tergabung di dalam grup LINE IKPM-PPU Yogyakarta (yang
berjumlah 155 akun), hamma, bisa gila kita dibuatnya…. Istilah bahtera besar
namun minim penumpang yang disematkan kepada IKPM-PPU ini kurasa sangat pas
melihat situasi dan kondisi yang terjadi.
Ini ndak tahu siapa ndak jelas
Saya mencoba mencari dan coba-coba menemukan apa masalah
yang sebenarnya. Apakah bubuhan mahasiswa/i PPU yang sekarang ini sudah
boro-boro? Apakah pengurus yang ndak tahu-tahu dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya? Apakah karena minimnya support atau dukungan dari pemerintah yang
menjadi masalah? Ataukah malah bubuhan PPU bukan boro, melainkan bubuhan PPU
ini ndak tahu kalau ada organisasi mahasiswa PPU yang bernama IKPM-PPU di
Yogyakarta?
Mubes Tahun lalu
Hamma, kalau memang benarr-benar ndak tah, muncul lagi pertanyaan
baru. Apakah pengurus IKPM-PPU yang kurang tahu dalam mensosialisasikan
IKPM-PPU? Ataukah malah bubuhan mahasiswa/i PPU lah yang memang ndak mau tahu? Ckckckck
Hamma, parahnya je, ndak tahu lah sudah aku. Urusmulah kuliah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar