Dalam beberapa dekade terakhir, dunia diguncang oleh aksi teror
dari berbagai penjuru yang secara sporadis meluluhlantahkan bangunan-bangunan
yang diserang. Menimbulkan ketakutan yang berkelanjutan terhadap masyarakat tak
berdosa yang sekali lagi menjadi korban oleh aksi teror tersebut. Terkhusus di
Indonesia, memasuki tahun 2000-an beberapa aksi teror muncul sebagai headline diberbagai media kenamaan.
Jelas saja, muncul fenomena insecure
ditengah-tengah masyarakat sipil yang ketakutan jikalau dirinya akan menjadi
korban.
Beberapa peristiwa seperti Bom Bali 1, Bom Bali 2, Aksi bom bunuh diri
di hotel J.W. Marriot dan Hotel Ritz Carlton merupakan aksi teror yang telah
menjadi bagian sejarah dari kehidupan masyarakat Indonesia pada saat itu hingga
saat ini (mungkin), termasuk juga diriku. Secara sederhana, umat manusia
sepakat aksi teror ini kemudian diberi nama sebagai Terrorism Phenomenon atau Fenomena Terorisme.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), salah satu
organisasi atau lembaga yang menjadi garda terdepan untuk mencoba menanggulangi
permasalahan terorisme ini, berhasil melakukan seminar nasional yang bertemakan
“Bersama Cegah Terorisme: Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme” di Jogja
Expo Center, D.I. Yogyakarta. Salah satu yang menjadi fokus utama pada seminar
kali ini adalah bagaimana media sosial menyebarkan isu yang HITAM-PUTIH.
Namun
tulisan ini tidak akan mengarah pada domain tersebut, saya kali ini akan
berbagi mengenai berbagai penyebab atau AKAR MASALAH yang menjadi pemantik
munculnya berbagai aksi teror di seluruh dunia. Tentu saja konten tulisan ini based on dari para pemateri seminar BNPT
tersebut.
Berbicara mengenai fenomena kemunculan terorisme, hal yang
mendasar perlu kita ketahui bersama tentu saja ‘api-nya – Sumber atau akar
permasalahannya”. Setidaknya, ada 6 poin utama yang disampaikan oleh pemateri
perihal yang menjadi penyebab munculnya aksi terorisme. Diantaranya:
1. Dendam
Berdasarkan berita online yang dirilis oleh sindonews.com
awal tahun lalu (diluar pembahasan seminar), menyebutkan bahwa aksi teror bom
di kawasan Sarinah tersebut bermotifkan dendam
kepada kepolisian (dibuktikan dengan pos polisi yang menjadi target) yang
telah lebih dulu menangkap beberapa kawan mereka. Dendam kemudian menjadi suatu
alasan yang sangat sederhana untuk mengancurkan. Sederhana.[1]
2. Ketidakadilan
Pramoedya Ananta Toer mengatakan dalam buku Andre Vitchek yang berjudul Saya Terbakar Amarah Sendirian ! bahwa: “Setiap ketidakadilan harus dilawan,
walaupun hanya dalam hati”. Walaupun hanya didalam hati, setiap ketidakadilan
terhadap diri kita, keluarga kita, kelompok kita, bahkan bangsa kita harus
diawan. Oleh sebab itu, perlawanan terhadap ketidakadilan seringkali menjadi
jargon utama bagi sebagian kelompok untuk mengambil langkah yang entah itu
pasti ataupun tak pasti, berani mati demi
keadilan untuk diri sendiri.[2]
3. Kesenjangan Sosial
Dalam bahasa yang lebih disederhanakan, Ananta Krisetya
menyebutkan bahwa kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan
sosial yang ada didalam masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat
mencolok. Kesenjangan sosial menciptakan perbedaan kelas diantara masyarakat,
kaya-miskin, bahagia-merana, terfasilitasi-tersisih dan tercipta menjadi satu
dengan nama kesenjangan sosial. Akibatnya, konflik terjadi karena
ketidaksetaraan berbalut kesenjangan. Ancaman
atau teror.[3]
4. Kemiskinan
Ketika seseorang atau kelompok tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makan, minum, berpakaian, tempat tinggal dan
lain sebagainya. Katakanlah ia atau mereka dalam situasi yang berbahaya,
kemiskinan namanya. Dalam beberapa kejadian, kemiskinan menjadi latar belakang
permasalahan konflik yang terjadi. Ancaman terhadap diri sendiri karena tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup ini, menjadi alasan tersendiri guna mengamini
tindakan yang membuat orang lain merugi, sebut saja mencuri. Terorisme – biar nyangkut tema –
5
. Kebijakan yang Tidak Pro Rakyat
Negara atau pemerintah yang mengeluarkan kebijakan yang
tidak pro terhadap rakyat adalah domain praktis yang menjadi sesuatu yang mudah
untuk dipahami mengenai permasalahan terorisme di negeri ini. Masalah seperti
ini seringkali terjadi di negara-negara Timur Tengah, ketidakadilan yang
tercipta karena kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat menjadi latar belakang
berbagai konflik atau aksi teror yang terjadi disana. Rezim pemerintah vs Kelompok teror.
6
. Ideologi
Ideologi terbuka dan ideologi tertutup. Simpel
Sumber: Seminar
Nasional BNPT “Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme”
[1]
Munir, Saiful. “Motif Bom di Kawasan
Sarinah Balas Dendam.” Diakses pada 23 Mei 2016, dari sindonews.com: http://nasional.sindonews.com/
[2] Vltchek,
Andre. “Saya Terbakar Amarah Sendirian !.”
Diakses pada 23 Mei 2016, dari goodreads.com: https://www.goodreads.com/quotes/342416-setiap-ketidakadilan-harus-dilawan-walaupun-hanya-dalam-hati
[3] Krisetya,
Ananta. “Kesenjangan Sosial di Masyarakat
Indonesia.” Diakses pada 23 Mei 2016, dari Kompasiana.com: http://www.kompasiana.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar