.

.

Senin, 23 Mei 2016

Akar Masalah Munculnya Fenomena Terorisme



 Dalam beberapa dekade terakhir, dunia diguncang oleh aksi teror dari berbagai penjuru yang secara sporadis meluluhlantahkan bangunan-bangunan yang diserang. Menimbulkan ketakutan yang berkelanjutan terhadap masyarakat tak berdosa yang sekali lagi menjadi korban oleh aksi teror tersebut. Terkhusus di Indonesia, memasuki tahun 2000-an beberapa aksi teror muncul sebagai headline diberbagai media kenamaan. Jelas saja, muncul fenomena insecure ditengah-tengah masyarakat sipil yang ketakutan jikalau dirinya akan menjadi korban. 

Beberapa peristiwa seperti Bom Bali 1, Bom Bali 2, Aksi bom bunuh diri di hotel J.W. Marriot dan Hotel Ritz Carlton merupakan aksi teror yang telah menjadi bagian sejarah dari kehidupan masyarakat Indonesia pada saat itu hingga saat ini (mungkin), termasuk juga diriku. Secara sederhana, umat manusia sepakat aksi teror ini kemudian diberi nama sebagai Terrorism Phenomenon atau Fenomena Terorisme.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), salah satu organisasi atau lembaga yang menjadi garda terdepan untuk mencoba menanggulangi permasalahan terorisme ini, berhasil melakukan seminar nasional yang bertemakan “Bersama Cegah Terorisme: Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme” di Jogja Expo Center, D.I. Yogyakarta. Salah satu yang menjadi fokus utama pada seminar kali ini adalah bagaimana media sosial menyebarkan isu yang HITAM-PUTIH. 

Namun tulisan ini tidak akan mengarah pada domain tersebut, saya kali ini akan berbagi mengenai berbagai penyebab atau AKAR MASALAH yang menjadi pemantik munculnya berbagai aksi teror di seluruh dunia. Tentu saja konten tulisan ini based on dari para pemateri seminar BNPT tersebut.
Berbicara mengenai fenomena kemunculan terorisme, hal yang mendasar perlu kita ketahui bersama tentu saja ‘api-nya – Sumber atau akar permasalahannya”. Setidaknya, ada 6 poin utama yang disampaikan oleh pemateri perihal yang menjadi penyebab munculnya aksi terorisme. Diantaranya:

1.       Dendam

Berdasarkan berita online yang dirilis oleh sindonews.com awal tahun lalu (diluar pembahasan seminar), menyebutkan bahwa aksi teror bom di kawasan Sarinah tersebut bermotifkan dendam kepada kepolisian (dibuktikan dengan pos polisi yang menjadi target) yang telah lebih dulu menangkap beberapa kawan mereka. Dendam kemudian menjadi suatu alasan yang sangat sederhana untuk mengancurkan. Sederhana.[1]

2.       Ketidakadilan

Pramoedya Ananta Toer mengatakan dalam buku Andre Vitchek yang berjudul Saya Terbakar Amarah Sendirian !  bahwa: “Setiap ketidakadilan harus dilawan, walaupun hanya dalam hati”. Walaupun hanya didalam hati, setiap ketidakadilan terhadap diri kita, keluarga kita, kelompok kita, bahkan bangsa kita harus diawan. Oleh sebab itu, perlawanan terhadap ketidakadilan seringkali menjadi jargon utama bagi sebagian kelompok untuk mengambil langkah yang entah itu pasti ataupun tak pasti, berani mati demi keadilan untuk diri sendiri.[2]

3.       Kesenjangan Sosial

Dalam bahasa yang lebih disederhanakan, Ananta Krisetya menyebutkan bahwa kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada didalam masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Kesenjangan sosial menciptakan perbedaan kelas diantara masyarakat, kaya-miskin, bahagia-merana, terfasilitasi-tersisih dan tercipta menjadi satu dengan nama kesenjangan sosial. Akibatnya, konflik terjadi karena ketidaksetaraan berbalut kesenjangan. Ancaman atau teror.[3]

4.       Kemiskinan

Ketika seseorang atau kelompok tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makan, minum, berpakaian, tempat tinggal dan lain sebagainya. Katakanlah ia atau mereka dalam situasi yang berbahaya, kemiskinan namanya. Dalam beberapa kejadian, kemiskinan menjadi latar belakang permasalahan konflik yang terjadi. Ancaman terhadap diri sendiri karena tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup ini, menjadi alasan tersendiri guna mengamini tindakan yang membuat orang lain merugi, sebut saja mencuri. Terorisme – biar nyangkut tema –
5
.       Kebijakan yang Tidak Pro Rakyat

Negara atau pemerintah yang mengeluarkan kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat adalah domain praktis yang menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami mengenai permasalahan terorisme di negeri ini. Masalah seperti ini seringkali terjadi di negara-negara Timur Tengah, ketidakadilan yang tercipta karena kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat menjadi latar belakang berbagai konflik atau aksi teror yang terjadi disana. Rezim pemerintah vs Kelompok teror.
6
.       Ideologi

Ideologi terbuka dan ideologi tertutup. Simpel

Sumber: Seminar Nasional BNPT “Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme”


[1] Munir, Saiful. “Motif Bom di Kawasan Sarinah Balas Dendam.” Diakses pada 23 Mei 2016, dari sindonews.com: http://nasional.sindonews.com/
[2] Vltchek, Andre. “Saya Terbakar Amarah Sendirian !.” Diakses pada 23 Mei 2016, dari goodreads.com: https://www.goodreads.com/quotes/342416-setiap-ketidakadilan-harus-dilawan-walaupun-hanya-dalam-hati
[3] Krisetya, Ananta. “Kesenjangan Sosial di Masyarakat Indonesia.” Diakses pada 23 Mei 2016, dari Kompasiana.com: http://www.kompasiana.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar