Dalam
film buatan John Pilger menceritakan tentang sisi Gelap Globalisasi. Dimana
globalisasi dijadikan sebagai kedok bagi negara-negara maju (barat) untuk
mendapatkan keuntungan tak terbantahkan yang digambarkan secara eksplisit dalam
film tersebut melalui dua aspek utama yaitu hutang luar negeri dan eksploitasi
buruh.
Pemberian
pinjaman atau hutang luar negeri yang berkedok pembangunan oleh IMF dan World
Bank kepada Presiden Soeharto merupakan titik awal hadirnya globalisasi di
Indonesia. Era Presiden Soeharto merupakan era keterbukaan ekonomi politik
Negara Kesatuan Republik Indonesia secara besar-besaran yang dihadirkan
bersamaan dengan peristiwa kelam bangsa yakni pembantaian pada orang-orang
komunis Indonesia yang kita kenal dengan peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965. Atas
jasa yang diberikan oleh Presiden Soeharto maka terbukalah “Upeti Terbesar
Asia” dengan cara menyingkirkan Nasionalis sejati Soekarno yang sangat yakin
pada kemandirian ekonomi rakyatnya yang menentang masuknya korporasi Barat ke
Indonesia
Film
buatan John Pilger secara ambling menjelaskan bahwa di tengah-tengah pesta pora
globalisasi yang digalakkan oleh neo-kolonialisme barat telah terjadi
eksploitasi dan diskriminasi terhadap negara dunia ketiga dalam hal ini para
buruh yang bekerja di perusahaan-perusahaan multinasional sehingga hak asasi
bagi masing-masing buruh tidak terpenuhi. Alhasil, analogi perbedaan
kesejahteraan antara kasta Brahmana dan Sudra sudah cukup jelas kemudian
menggambarkan kesenjangan ekonomi yang terjadi di kalangan para pemilik modal
(MNC) dan para buruh, yang diperkuat dengan ungkapan “yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.”
Berhubungan
dengan permasalahan globalisasi tersebut, aktor-aktor Environmentalist dan
anti-Globalist didalam film tersebut memberikan tawaran atau solusi yaitu
dengan melakukan penghapusan hutang, menghentikan lembaga-lembaga keuangan
internasional (IMF dan World Bank) dan gerakan masif menentang tindak
diskriminatif dan penindas. Namun solusi yang ditawarkan oleh aktor-aktor
tersebut menurut kami tidak realistis dan tidak akan menyelesaikan masalah karena
penyebab masalah globalisasi adalah peran pemerintah yang kurang baik dalam
mengatur regulasi mengenai kebijakan dalam negeri dengan masuknya
perusahaan-perusahaan asing ke Indonesia serta kebijakan pembayaran hutang luar
negeri. Dengan demikian, agar permasalahan globalisasi dapat teratasi
dibutuhkan the good governance dan
perhatian lebih dari IMF dan World Bank dalam mengarahkan negara-negara dunia
ketiga.
Write by: Globalization Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar