.

.

Selasa, 08 Maret 2016

Review Film: The New Rulers of The Worlds


Dalam film buatan John Pilger menceritakan tentang sisi Gelap Globalisasi. Dimana globalisasi dijadikan sebagai kedok bagi negara-negara maju (barat) untuk mendapatkan keuntungan tak terbantahkan yang digambarkan secara eksplisit dalam film tersebut melalui dua aspek utama yaitu hutang luar negeri dan eksploitasi buruh.

Pemberian pinjaman atau hutang luar negeri yang berkedok pembangunan oleh IMF dan World Bank kepada Presiden Soeharto merupakan titik awal hadirnya globalisasi di Indonesia. Era Presiden Soeharto merupakan era keterbukaan ekonomi politik Negara Kesatuan Republik Indonesia secara besar-besaran yang dihadirkan bersamaan dengan peristiwa kelam bangsa yakni pembantaian pada orang-orang komunis Indonesia yang kita kenal dengan peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965. Atas jasa yang diberikan oleh Presiden Soeharto maka terbukalah “Upeti Terbesar Asia” dengan cara menyingkirkan Nasionalis sejati Soekarno yang sangat yakin pada kemandirian ekonomi rakyatnya yang menentang masuknya korporasi Barat ke Indonesia

Film buatan John Pilger secara ambling menjelaskan bahwa di tengah-tengah pesta pora globalisasi yang digalakkan oleh neo-kolonialisme barat telah terjadi eksploitasi dan diskriminasi terhadap negara dunia ketiga dalam hal ini para buruh yang bekerja di perusahaan-perusahaan multinasional sehingga hak asasi bagi masing-masing buruh tidak terpenuhi. Alhasil, analogi perbedaan kesejahteraan antara kasta Brahmana dan Sudra sudah cukup jelas kemudian menggambarkan kesenjangan ekonomi yang terjadi di kalangan para pemilik modal (MNC) dan para buruh, yang diperkuat dengan ungkapan “yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.”

Berhubungan dengan permasalahan globalisasi tersebut, aktor-aktor Environmentalist dan anti-Globalist didalam film tersebut memberikan tawaran atau solusi yaitu dengan melakukan penghapusan hutang, menghentikan lembaga-lembaga keuangan internasional (IMF dan World Bank) dan gerakan masif menentang tindak diskriminatif dan penindas. Namun solusi yang ditawarkan oleh aktor-aktor tersebut menurut kami tidak realistis dan tidak akan menyelesaikan masalah karena penyebab masalah globalisasi adalah peran pemerintah yang kurang baik dalam mengatur regulasi mengenai kebijakan dalam negeri dengan masuknya perusahaan-perusahaan asing ke Indonesia serta kebijakan pembayaran hutang luar negeri. Dengan demikian, agar permasalahan globalisasi dapat teratasi dibutuhkan the good governance dan perhatian lebih dari IMF dan World Bank dalam mengarahkan negara-negara dunia ketiga.

Write by: Globalization Group

Tidak ada komentar:

Posting Komentar