.

.

Jumat, 11 Juli 2014

Kejadian Mungkin Takdir...



Kejadian Mungkin Takdir…

Seringkali ‘Takdir’ menjadi bahan diskusi yang sangat menarik untuk di dengarkan. Bukan karena dosenku namanya Pak TAKDIR, atau bukan juga karena TAKDIR adalah singkatan dari Tak Direstui, namun lebih karena esensi nilai dari makna kata Takdir itu sendiri. Banyak manusia menyalahkan Takdir jikalau kejadian tak mengenakkan menimpa dirinya, banyak yang mengeluh inilah itulah apalah dan lain-lain. Takdir dijadikan kambing hitam, dijadikan alasan, dijadikan senjata untuk membela diri.

Ada kasus Takdir dijadiin kambing hitam. Ada dua pemuda yang hidup di desa Gelangsari, namanya Gapin dan GaBener, Gapin orangnya gagah dan pintar, sementara GaBener orangnya gak pintar gak juga ‘maaf’ bodoh dan gak tampan. Si Gapin dapat istri cantik dan pekerjaan yang bisa dikatakan mapan, dia bekerja sebagai Diplomat Indonesia istri cantik secantik Zaskia Adya Mecca *Amin. Sementara si GaBener, belum nikah juga belum dapat pekerjaan yang mapan.

Nah, si GaBener lantas bergumam “Lah, orang memang sudah takdir si Gapin dapat istri Cantik juga kerja yang mapan, secara dia diberi wajah yang tampan dan otak cerdas oleh Tuhan, nah aku…. !@#$!^%!%^!^ (dibaca: Pokoke jelek). Astagfirullah GaBener, semua yang didapat oleh si Gapin itu gak langsung turun dari Tuhan, semua ada prosesnya, ada perjuangannya.
si GaBener yang menyalakan TAKDIR orangnya nggak keren… mudah patah semangat. Bukan maksudku nulis gini karena aku bela dosenku yang namanya pak TAKDIR ya, melainkan karena si GaBener ini memang nggak keren.

Pernah saya baca kutipan keren dalam buku keren karya Felix Y. Siauw, bunyinya “Kejadian mungkin TAKDIR… Namun meresponnya adalah pilihan terbaik yang ada pada Manusia”. Semua mungkin takdir, namun cara kita menyikapinya adalah senjata utama kita. Sebagai contoh, Pesepakbola Bacary Sagna nggak mungkin dapatin istri yang Cantik jika dia nggak pernah berusaha menjadi pesepakbola terkenal. Charul Tanjung ‘Si Anak Singkong’ pun mungkin gak sekaya sekarang jika dirinya hanya berdiam diri dalam kemiskinannya dulu dan menganggap bahwa kemiskinannya itu Takdir. So, merespon Takdir itu sendiri adalah senjata terbaik yang kita miliki.

Bacary Sagna and Wife
Charul Tanjung

Sumber: Google Image

Tidak ada komentar:

Posting Komentar