Kejadian Mungkin Takdir…
Seringkali ‘Takdir’ menjadi bahan diskusi yang sangat
menarik untuk di dengarkan. Bukan karena dosenku namanya Pak TAKDIR, atau bukan
juga karena TAKDIR adalah singkatan dari Tak Direstui, namun lebih karena
esensi nilai dari makna kata Takdir itu sendiri. Banyak manusia menyalahkan
Takdir jikalau kejadian tak mengenakkan menimpa dirinya, banyak yang mengeluh
inilah itulah apalah dan lain-lain. Takdir dijadikan kambing hitam, dijadikan
alasan, dijadikan senjata untuk membela diri.
Ada kasus Takdir dijadiin kambing hitam. Ada dua pemuda yang
hidup di desa Gelangsari, namanya Gapin dan GaBener, Gapin orangnya gagah dan
pintar, sementara GaBener orangnya gak pintar gak juga ‘maaf’ bodoh dan gak
tampan. Si Gapin dapat istri cantik dan pekerjaan yang bisa dikatakan mapan,
dia bekerja sebagai Diplomat Indonesia istri cantik secantik Zaskia Adya Mecca *Amin. Sementara si GaBener, belum nikah juga
belum dapat pekerjaan yang mapan.
Nah, si GaBener lantas bergumam “Lah, orang memang sudah
takdir si Gapin dapat istri Cantik juga kerja yang mapan, secara dia diberi
wajah yang tampan dan otak cerdas oleh Tuhan, nah aku…. !@#$!^%!%^!^ (dibaca:
Pokoke jelek). Astagfirullah GaBener, semua yang didapat oleh si Gapin itu gak
langsung turun dari Tuhan, semua ada prosesnya, ada perjuangannya.
si GaBener yang menyalakan TAKDIR orangnya nggak keren…
mudah patah semangat. Bukan maksudku nulis gini karena aku bela dosenku yang
namanya pak TAKDIR ya, melainkan karena si GaBener ini memang nggak keren.
Pernah saya baca kutipan keren dalam buku keren karya Felix
Y. Siauw, bunyinya “Kejadian mungkin TAKDIR… Namun meresponnya adalah pilihan
terbaik yang ada pada Manusia”. Semua mungkin takdir, namun cara kita
menyikapinya adalah senjata utama kita. Sebagai contoh, Pesepakbola Bacary
Sagna nggak mungkin dapatin istri yang Cantik jika dia nggak pernah berusaha
menjadi pesepakbola terkenal. Charul Tanjung ‘Si Anak Singkong’ pun mungkin gak
sekaya sekarang jika dirinya hanya berdiam diri dalam kemiskinannya dulu dan
menganggap bahwa kemiskinannya itu Takdir. So, merespon Takdir itu sendiri
adalah senjata terbaik yang kita miliki.
Sumber: Google Image
Tidak ada komentar:
Posting Komentar