.

.

Sabtu, 07 Juni 2014

Budaya Terkikis - Hati pun Teriris



Budaya Terkikis, Hati Teriris!
                                                                                    Karya : Pandi Ahmat
Sekali lagi, jika kita bicara tentang budaya pasti tidak aka nada habis-habisnya. Tingkatan masalahnya beragam, mulai dari tingkat Kelurahan hingga ke tingkat internasional pun pasti ada saja masalah yang berbau budaya-budaya gitu.

Memasuki millennium ke 2 ini, dunia telah semakin berkembang pesat seiring berjalannya waktu. Budaya, yang dulunya mungkin berjumlah ribuan atau juga mungkin triliunan yang tersebar di seantero dunia ini. Maaf saja, dunia yang sekarang ini tidak akan pernah bisa kembali seperti dahulu lagi.

Pada kenyataannya, budaya yang sekarang ini pun terkesan terkotak-kotak di beberapa tempat yang kita sebut saja ‘Benua’. Misalkan saja, di Benua Eropa dan Amerika Utara terkenal budaya ‘westernisasi’ yang sangat tidak asing lagi di telinga kita,  Budaya yang ke barat-baratan gitu. Di Benua Asia budaya K-Pop yang berasal dari Korea pun semakin melebarkan sayapnya. Sedangkan di Amerika Latin, sudah jelas bahwa Kultur Tango ala Telenovela ‘Rosalinda Ayyamoy’ lah yang menguasai Negeri yang dulunya pernah di kuasai oleh Negeri Matador.

Namun, masalah yang sesungguhnya hadir di negeri Ibu Pertiwi kita tercinta ini. Budaya leluhur nenek moyang kita yang sangat beragam jenisnya dan beribu jumlahnya itu, tak kuasa bertahan di tengah derasnya arus Globalisasi dan Modernisasi dunia yang sekarang ini. Bak Gelombang besar yang selalu menghantam bibir pantai Parangtritis (ABRASI), keberagaman budaya kita Indonesia hilang satu persatu bagaikan pasir pantai yang hancur di telan ombak tersebut.

Nah, faktor utama yang menyebabkan hal tersebu terjadi. Pertama, Arus globalisasi yang semakin tak terkendali. Kedua, kurang efektifnya pembelajaran seni dan budaya kita. Ketiga, Pengaruh teknologi dan terakhir kurangnya kepercayaan kita terhadap budaya-budaya kita yang katanya dorang itu terkesan norak, kampungan, udik, ndeso dan GAK KEREN. Zannendattana (sayang sekali) kata orang Jepang, budaya barat dan K-Pop yang kita anggap keren tersebut belum tentu keren di mata dorang Korea sama Barat. BUKTINYA,  seperti yang dilasir Sindonews.com, pada tahun 2012 saja turis asing yang ingin belajar dan mengetahui seperti apa budaya Yogyakarta saja mencapai 197.751 wisatawan, WoW. Kota yang menjadi tempat tinggalnya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang Unggul dan Islami itu. Betapa Awesome-nya coba, itu saja baru Yogyakarta, belum Indonesia-Nusantara yang jumlah budayanya bikin kita gak mood ngitungin pake jari.

So Friend, mari kita benahi apa saja yang menjadi penyebab terkikisnya budaya bangsa kita Indonesia ini. Seharusnya kita sebagai pelajar khusunya mahasiswa, mampu menanggulangi apalagi menyelesaikan segala permasalahan bangsa. Teringat jelas kata-kata Marx, si Marx berkata “Banyak pemikir (Mahasiwa) sibuk menafsirkan Dunia dalam berbagai cara… , seharusnya tugas mereka bukanlah menafsirkan dunia… tapi bagaimana caranya mereka mampu untuk MENGUBAH Dunia”. 
–Agent of Change--

Budaya Terkikis – Hati pun Teriris !

Yogyakarta, Jum’at, 6 Juni 2014
Tertampan

Pandi Ahmat aka. Gapin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar