.

.

Sabtu, 30 Juli 2016

Disekuilibrium, Membuang sampah di Laut dan Adipura Penajam Paser Utara

Disekuilibrium, Membuang sampah di Laut dan Adipura Penajam Paser Utara

Alam. Tanah beserta unsur biota yang ada di dalamnya dianggap sebatas properti. Tidak memiliki nilai intrinsik, ia hanya relevan dalam kegunaannya bagi manusia. – Saras Dewi

Beberapa hari yang lalu saya bersenda gurau sembari mengenang beberapa memori masa kecil bersama bapak tercinta di salah satu sudut pelabuhan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Bernostalgia membuat pikiran terasa bahagia, ditengah-tengah riuhnya suara kapal kelotok yang silih berganti berlayar melewati lautan yang ada di depan pandangan kami. Kata nyaman mungkin bisa dijadikan sebagai gambaran yang kurasakan melihat teduh dan harmonisme alam di Pelabuhan Batu, Penajam.

Ramai biota dan spesies makhluk hidup yang mendiami lautan menjadi keasyikan tersendiri bagi mata kami. Sekali lagi, eksistensi ‘mereka’ di dunia ini membuat siapapun yang memiliki hati melihatnya pasti terpesona. Akan tetapi, bak koin yang memiliki dua sisi yang berbeda, Alam beserta isinya adalah penyebab kebahagiaan dan kecemasan bagi umat manusia. Tak bisa dipungkiri alam adalah enigma (baca: teka-teki) bagi umat manusia. Dalam kata sederhana, manusia terpesona dengan keagungan dan keindahan alam, sayangnya disatu sisi mereka menyerang ke-terpesona-an dari alam itu  sendiri demi sekedar meraih keuntungan individu.

Argumentasi diatas aku dapatkan tatkala berhasil membaca buku Saras Dewi yang berjudul “Ekofenomenologi: Mengurai Disekuilibrium Relasi Manusia dengan Alam”. Kenapa bisa seperti itu, argumentasi diatas sebenarnya juga berangkat dari penyesalanku terhadap sebuah fenomena yang mendarah daging dilakukan oleh masyarakat di lingkunganku, termasuk keluargaku. Bagaimana tidak, setiap pagi hari dan sore hari masyarakat Pelabuhan Batu di Kabupaten PPU selalu membuang sampah rumah tangga mereka ke lautan Pelabuhan Batu Penajam. Sungguh, ‘katakanlah’ kebiasaan diatas begitu jelas menggambarkan betapa egoisnya umat manusia terhadap dunia sendiri yang ditempatinya.

Tujuan dari tulisan ini sebenarnya mengarah pada kritik seorang “anak laut” yang tinggal di pinggir laut kepada seluruh masyarakat yang menetap di sekitar lingkungan laut. Kebiasaan berperilaku membuang sampah ke lautan (dibaca: alam) tersebut, betul-betul merusak ekosistem laut dan tentu saja menyebabkan ketidakseimbangan yang mengarah pada disharmoni 2 entitas tertinggi kehidupan makhluk hidup . Lebih jauh lagi, disharmoni terjadi lantaran adanya diskoneksi relasi manusia dengan alam.


Terlepas dari paragraf pembuka yang konteksnya lebih kepada nostalgia. Mari, kita jaga dan mari kita bangun hubungan baik dengan alam Kabupaten Penajam Paser Utara. Tentu saja, demi MASA DEPAN anak-anak Kabupaten Penajam Paser Utara itu sendiri. Selamat karena telah berhasil meraih penghargaan Adipura, Kabupatenku.

Sumber: Ekofenomenologi: Mengurai Disekuilibrium Relasi Manusia dengan Alam

4 komentar:

  1. Hay akang Bibi, baru tau kalo (sebagian) masyarakat PPU membuang sampah ke lautan, sungguh teramat disayangkan. Sudah disediakan tempat pembuangan tetapi masih diabaikan, hanya bisa berharap semoga sampah yang dibuang tersebut tidak membunuh makhluk hidup yang berada di laut.

    Tulisannya benar-benar bagus!!!! Semoga warga PPU meluangkan waktu untuk membaca tulisan yang sangat fungsional ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam damai neng Aa, senang melihat komentar terhangat dari neng malam hari ini. Ya, semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Termasuk kita berdua didalamnya. hihih :D

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. dari perspektif ekonomi bisa jadi sdh membudaya di daerah tersebut, hanya saja elemen masyarakat dan elemen pemda tidak mau serius dlm pengatasi masalah tersebut. luang kan lah waktu mu wahaai anak muda untuk bersosialisasi masalah sampah dan limbah agar masyarakat sadar bahwa ekosistem perlu keseimbangan yg bersinambung... agar kelak anak cucu PPU bisa menikmati jernihnya air laut PPU... broovo cess

    BalasHapus