Ruang kamarku malam ini terasa gelap gulita tanpa secercah cahaya. Bukan karena lampu kamar ini yang memang sengaja kumatikan, akan tetapi hampa-nya batin ini menjadi penyakit jiwa yang terus mengeruk-ngeruk raga ini. Segala macam pikiran-pikiran kotor pun merasuk kedalam hidup ini dengan gampangnya. Aku pun merasa seperti ada sesuatu yang sangat jahat mendominasi gerak-gerik akal pikirku. Polemik jiwa dan raga adalah suatu yang lumrah kuhadapi saat ini.
krenyiit....krenyittt...krenyitt...
Pintu kamar ini berbunyi pertanda seseorang masuk tanpa mengetok pintu terlebih dahulu, tanpa mengucap salam kemudian dan ehmm... nothing to do. Pergi kemanakah etika, moral, norma dan tata krama yang dahulu kita pelajari sewaktu SD dulu? Mungkinkah si Lupa pantas untuk dijadikan alasan? Apa sebetulnya aku-lah yang melempar batu sembunyi tangan itu? haha. Memang benar kalau manusia itu sangat membenci kekalahan, dan terkadang kita secara eksplisit mengakui akan kebenaran hal itu.
Ilusi pragmatis seseorang dijunjung tinggi demi mendapatkan pengakuan dari sekian banyak khalayak di luar sana. Pragmatis, idealis dan oportunis.
krenyiit....krenyittt...krenyitt...
Pintu kamar ini berbunyi pertanda seseorang masuk tanpa mengetok pintu terlebih dahulu, tanpa mengucap salam kemudian dan ehmm... nothing to do. Pergi kemanakah etika, moral, norma dan tata krama yang dahulu kita pelajari sewaktu SD dulu? Mungkinkah si Lupa pantas untuk dijadikan alasan? Apa sebetulnya aku-lah yang melempar batu sembunyi tangan itu? haha. Memang benar kalau manusia itu sangat membenci kekalahan, dan terkadang kita secara eksplisit mengakui akan kebenaran hal itu.
Ilusi pragmatis seseorang dijunjung tinggi demi mendapatkan pengakuan dari sekian banyak khalayak di luar sana. Pragmatis, idealis dan oportunis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar